Wednesday, March 03, 2010

Banda Aceh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, pertengahan tahun 2007 saya akhirnya berkesempatan juga mengunjungi ibukota propinsi terujung barat Indonesia setelah sekian lama hanya bisa berharap dan membaca artikelnya saja. Selain karena memang hobi travelling, saya juga hobi wisata kuliner ke berbagai daerah, termasuk Aceh tentu saja. Saya beruntung, kunjungan saya ke Banda Aceh meninggalkan banyak sekali kesan, tak hanya jalan-jalan dan menikmati ke-khasan kotanya, tapi bisa berinteraksi langsung dg masyarakat se-Kabupaten Aceh Besar sekaligus memberikan kontribusi yang berguna untuk masyarakat di Kabupaten Aceh Besar. Alhamdulillah...

Banda Aceh adalah ibu kota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dahulunya bernama Kutaraja, kemudian sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh dengan luas wilayah 61,36 km2 (id.wikipedia.org) - boleh dibilang tidak terlalu luas untuk ukuran kota ibukota propinsi dan seperti kebanyakan di kota2 lain, lapangan udaranya (Sultan Iskandar Muda Airport) tidak berada di dalam kota Banda Aceh, tapi di daerah Blangbintang (menurut info, dulunya merupakan tanah lapang tempat melihat bintang). Meskipun di luar kota Banda Aceh, tidak memerlukan waktu lama untuk mencapai kota dari airport, hal ini karena lalu lintas yang tidak terlalu padat, jarangnya traffic light dan dekatnya jarak tempuh. Pusat keramaian terletak di Peunayong, yang berisi deretan pertokoan dan hotel-hotel. Pusat pemerintahan terletak tak jauh dari Peunayong, jadi dengan berbekal jalan kaki atau kalau takut capek kita bisa menyewa betor (becak motor - kendaraan berbentuk becak dg kendali sepeda motor, angkutan khas di beberapa kota di Sumatra) yang harganya bisa ditawar.

Ada beberapa hal yg menarik dari kota ini antara lain nuansa Islami yg terasa, dengan banyak terdapatnya papan peraturan daerah menggunakan aturan Syariat Islam (Qanun) bukan Perda seperti kota-kota lain di Indonesia, nama-nama tempat/perusahaan/toko yg ditulis dg tulisan Latin dan Arab serta banyak berkelilingnya polisi khas berpakaian khusus, bernama Polisi Syariah (Wilayatul Hisbah). Polisi ini sebagian besar tugasnya adalah merazia & menindak orang muslim yang tidak menaati aturan syariah seperti berpakaian muslim (jilbab) untuk para muslimah, berpacaran di tempat2 umum, dll. Terus terang, saya beragama Islam tapi tidak mengenakan jilbab dalam keseharian saya, sehingga sempat deg2an jika nantinya sempat ter-razia polisi syariah di Banda Aceh. Tapi Alhamdulillah, berbekal kerudung yg saya kantongi tiap hari, saya selamat juga dari razia. Menurut beberapa rekan, pasca Tsunami 2004, dengan semakin banyaknya pendatang dari luar daerah Banda Aceh (terlebih dari luar negeri) yg sedang menangani proyek pemulihan bencana, polisi syariah tidak terlalu seketat sebelumnya, entahlah benar atau tidak.

Di Peunayong, bisa kita jumpai beberapa warung makan khas Aceh yg layak diuji keenakannya, antara lain Mie Aceh Razali yg menyajikan menu 'luar biasa' karena limpahan daging/seafoodnya. Utk seporsi Mie Kepiting (termahal) kita hanya perlu membayar Rp 25k (2007), mi cumi & mi udang sekitar Rp 15k. Tidak mahal mengingat kepiting disajikan satu ekor besar utuh sehingga menutupi mie-nya sendiri. Tapi tenang, ada pemecah capitnya kok. Seporsi mie disajikan lengkap dengan emping melinjo (emping adalah menu pendamping di semua menu khas Aceh) dan irisan bawang merah & acar.

Selain itu ada pula semacam pujasera (saya lupa namanya) dimana banyak warung makan kaki lima dan meja kursi pendek tersebar terserah kita memilih menu apa (jika di Medan kita bisa samakan dg kawasan Kuliner Malam Kesawan), Ayam Goreng Kartini yg menyajikan menu spesial ayam goreng spesial seharga Rp 50k (2007) - untuk nasi ayam gorengnya hanya Rp 15k. Jika tidak menyukai menu khas daerah, ada pula restoran fastfood yang mendadak menjamur pasca tsunami seperti AW, KFC (yang ini letaknya agak jauh dari Peunayong) & Es Teller77. Ada pula swalayan terkenal, Pante Pirak yg membuka cabang di hampir semua sisi Banda Aceh (jika di Yogyakarta boleh dibilang mirip Mirota Grup). Uniknya swalayan di Banda Aceh, bahwa mereka hampir semuanya menjual produk2 dalam ukuran jumbo, misal Rinso ukuran 5kg, Chitato ukuran 500g, dan beberapa merk produk impor (kebanyakan dari Malaysia, Brunei & Spore), wuihhh...saya sampe terkagum2 melihat kemasan yg mungkin akan sangat susah saya temui di Jawa. Tentu saja ini hobi saya, mencari barang yg tdk terdapat di Jawa!

Tidak hanya di Peunayong, kita juga bisa melacak kuliner di Aceh Rayeuk yg menu andalannya Ayam Tangkap (ayam goreng kecil2 yg disajikan di atas dedaunan goreng - disebut ayam tangkap karena untuk menangkap ayamnya kita harus telaten menyingkirkan daun2nya terlebih dahulu, jika berkehendak, daunnya tetap bisa dimakan kok), Sate Matang (sate sapi dg kuah kacang) dan Gulai Kambing Aceh (yg memiliki kuah kentaaaal dan pedasss).

Atau menu seafood di beberapa warung di kawasan Simpang Mesra. Atau jika ingin mencoba rujak khas, bisa mencicipinya di Rujak Garuda.
Khasnya di Banda Aceh, kursi duduknya berjenis kursi berkaki pendek, jadi semacam kursi santai yg lebar tapi kakinya lebih pendek dari standar (entah dipendekin, entah aslinya udah pendek).
Jika boleh, Banda Aceh juga bisa saya sebut kota Simpang Monumen, karena hampir di setiap perempatan selalu ada monumen yg bertuliskan logo bank2 tertentu,
atau kota Warung Kopi (warkop) karena hampir di setiap sudut kota kita pasti akan menjumpai warung kopi yang herannya, selalu saja ada pembelinya..yaah mirip2 warung Bubur Kacang Ijo di Yogyakarta, lahh..

Dialek orang Aceh terkenal singkat & cepat, tak jarang bahasanya terdiri dari 1-3 huruf saja, misal : ka (sudah), lom (lagi), dll. Sulit pertama kali telinga ini dipaksa mendengarkan orang2 Aceh mengobrol, apalagi waktu itu saya harus full interaksi dg orang2 dari pelosok Aceh Besar & beberapa diantaranya tidak bisa berbahasa Indonesia, padahal saya harus membuat orang tersebut memahami sebuah program komputer..fyuhh..Tapi lama kelamaan saya terbiasa juga bahkan saya mulai mengerti makna percakapan antar mereka walau tentu saja saya tidak bisa membalasnya dg bahasa yg sama. Untuk urusan oleh-oleh, ada banyak pilihan : Dendeng Sapi (paling khas dari Seulawah), Dodol Buah Sabang, Kopi Ulee Kareng, Emping Melinjo, Souvenir seperti Rencong, Peci Aceh, Tas Tenun sampai Gantungan Kunci banyak terdapat di beberapa toko souvenir, beberapa diantaranya terdapat di kawasan sekitar Masjid Agung Baiturrahman.

Tempat wisata yg patut dikunjungi antara lain : Pantai Ulee Lhee, lokasi Kapal PLTD Apung, Museum Aceh, Istana Sultan Iskandar Muda. Yahhh...Banda Aceh memang khas, lain dari kota-kota besar lain di Indonesia, bahkan di sepanjang pulau Sumatra. Banda Aceh meninggalkan kesan mendalam untuk saya, membuat saya ingin mengunjunginya lagi sebentar suatu hari nanti untuk kembali sekejap mencicipi kulinernya yg belum sempat saya sentuh atau berlayar sebentar ke Titik Nol di Pulau Sabang, setelah itu saya akan melanjutkan petualangan saya ke kota lain tentu saja. Insya Allah, Aminnnn.

Monday, August 08, 2005

grad ceremony (3)

this is me... (may 18, 2004 - lit and letter campus)

Saturday, July 16, 2005

grad ceremony (2)

mimim dan adek abis penobatan adek sebagai wisudawan nanggung hehe..
(lulus lama, ip blm cum lod :P) tapi gak pa pa kok..yang penting hepi (yogya, 18 mei 2004)

grad ceremony (1)

mas anto, adek dan mimim di Grha Sabha Pramana, UGM pas wisudaku 18 mei 2004.
rasanya bahagia banget akhire bisa pake toga di tengah² GSP.
mimim sampe nangis terharu .. akhire anak kecilnya bisa jg lulus dengan selamat setelah 4 th berjuang melawan birokrasi kampus lit yg super memusingkan dan membuatku tak lulus pada targetku... (yogya, 18 mei 2004)

wedding ceremony (2)

adek diapit (2) dua bujangan gagah mas anto dan mas fatur ..
hehe..tinggal pilih aja.. (solo, abis nikahannya mbak nina, aug 2001)

wedding ceremony

potret smua anggota keluargaku diambil ma tukang foto pas mbak nina nikah (aug 2001), dari kiri ke kanan (duduk) bapak, mimim (berdiri) mas fatur, mas setyo -- iparku, mbak nina, adek -- ini aku, mas anto. nice picture, isnt'it?

me, my mimim

me and mimim in Selecta Pool - Malang, she is the most beautiful lady in this world that i have ever had. i can't live and survive without her, she is the first person i pray for, she is the one that i cry for and she is the one that i should die for... i love her so much...
dear mimim, be on my side always..
dear Alloh, please take care my beloved mimim if i am not staying beside her like today...hiks..

miss u so, mim..

love. adek

my nice childhood...






foto kala ku kecil ini diambil pas aku jadi patah di nikahan tanteku. waktu itu umurku baru 8 th, imut banget kan, dari sekian banyak aku didandanin, cm saat ini aja yg kusuka (madiun, 1989)